30 Desember 2010

Besarkanlah Asma Allah.

Coba kalo ga ada keikut sertaan kekuasaan Allah,
udara oksigen ga ada yg suplai, pada ilang, ya gak
pada bisa maen tu pada, sesak nafas.
Coba kalo ga ada keikut sertaan kekuasaan Allah,
Nikmat mata bisa ilang, gak bisa pada nonton kita.
Coba kalo ga ada keikut sertaan kekuasaan Allah
Detak jantung ga ada yg ngurusin, pada mati
semua.
Bukannya bilang Allah dihatiku, apa repotnya coba?
Minimal ada syukurnya kek sedikit.
Ini pas azan Isya Allah manggil, eh pada layar
tancepan,
Tv diluaran dah gitu surak-surak bikin suara azan
tenggelam.
Padahal peluang Isya dimasjid atau awal waktu bagi
jamaah wanita, khusus di malem pertandingan
pahalanya gedean, krn aga melawan arus aura
asiknya menonton bola.
Kalo ga yakin semuanya terjadi atas kekuasaan
Allah,
Ini pertanda kafir. Jadi mari besarkanlah Asma Allah.
Mau lagi seru finalty ataw cornel, pas azan Isya, kita
tetep duluin Sholat.
Siapa tau kelaran shalat, ba'diyahnya, tilawahnya,
pas ente keluar masjid,
Gonzales dkk langsung nyetak gol 5 dan sisanya 3
gol bunuh diri 8-0.
Andai kalahpun tetaplah berseru membesarkan
Asma Allah,
inilah kemenangan abadi kita, tidak hanya didunia,
tetapi diakhirat.
Hanya nama Allah-lah yang maha besar yang selalu
ada di hatiku.

Continue reading Besarkanlah Asma Allah.

28 Desember 2010

10 KUALITAS KEPRIBADIAN BAIK

1. Ketulusan

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh
semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena
yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan
kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau
memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”.
Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi
dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi
keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.
2. Kerendahan Hati

Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru
mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap
rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang
yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa
membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya
tidak merasa minder.
3. Kesetiaan

Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang
setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya
komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.
4. Positive Thinking

Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat
segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk
sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang
lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka
mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan
sebagainya.
5. Keceriaan

Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak
harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria
adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu
berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain,
juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong
semangat orang lain.
6. Bertanggung jawab

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan
sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya.
Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk
disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan
menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang
bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.
7. Percaya Diri

Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana
adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya
diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia
tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.
8. Kebesaran Jiwa

Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci
dan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak
membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.
9. Easy Going

Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka
membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-
masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir
dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah
yang berada di luar kontrolnya.
10. Empati
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja
pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain.
Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua
belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia
selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.


by Apep Jasmani on Saturday, December 25, 2010 at 9:09pm
Continue reading 10 KUALITAS KEPRIBADIAN BAIK

Ini tentang sebuah CITA- CITA dan sebuah ANGAN-ANGAN belaka

Siapakah di dunia ini yang tidak mempunyai CITA-CITA? Itu terlontar dari mulutku begitu saja, ketika hitam pekat itu menyelimuti langit yang telah ditinggal oleh kawannya, matahari. Tulisan ini hanya untuk mengingatkanku, yang memiliki sebuah CITA-CITA, dan bukan sebuah ANGAN-ANGAN belaka. Malam ini pun ku menjadi teringat dengan satu diskusi ku bersama sahabat ku, Dayat.
       Diskusi itulah yang memaksaku untuk menuliskan ini. Diskusi yang begitu saja terjadi, di dua tempat berbeda, di dua tempat yang saling berdempetan. Entah dari mana awal dikusi itu dimulai, sampai akhirnya masuk dalam bab CITA-CITA dan ANGAN- ANGAN.
       Kini ku ingat, bagaimana kami, aku dan Dayat, memulai diskusi dan masuk dalam bab CITA- CITA dan ANGAN- ANGAN.
       “Akh, afwan buku-buku yang antum berikan belum saya inventaris, jadi belum bisa dipinjam orang lain”, ucapku sebagai pengurus perpustakaan masjid yang sedang berkembang. Ya…sedang berkembang.”
       “Gapapa, santei aja”, ucapnya dengan kekhasannya, pelan dan tenang.
       “Oiya akh, buku-bukunya ada yang tulisan arab semua, pada gundul juga?? Saya ga bisa baca..hehe…” candaku yang biasa ku lakukan setiap kali bertemunya.
       “Itu ikhtiar ane untuk cita-cita ane” jawabnya dengan pelan dan lugas.
       “Memang apa cita-cita antum?” Tanyaku penasaran.
       “Seperti halnya antum yang menginginkan pergi ke Jepang, maka seperti itulah saya pun ingin pergi ke Saud” jawabnya dengan kemantapan  lisan dan ketegasan jiwa.

       Kagum,,,,dan sekaligus heran??? Kapan saya pernah bilang, kalo saya ingin sekali ke Jepang. Bukannya dia berbohong, tapi malah kesyukuran buatku. Allah mengingatkanku akan cita-cita itu.

       Pembicaraan itu berlanjut dan terus berlanjut, dan itu terjadi di depan pintu perpustakaan. Sampai akhirnya datang pengunjung, maka kami pun sadar, kami harus berpindah. Maka pindahlah kami dari perpustakaan ke ruang sebelahnya.
Di ruangan itu, baru dimulailah diskusi hangat itu. Tak ada rasa lebih pintar satu sama lain, yang ada hanya rasa untuk saling melengkapi kekurangan yang ada dalam setiap diri masing-masing.
       Ku lupa dari mana harus mulai,,,tapi ku coba dari sini saja,,,
       Dayat menggambar beberapa garis di atas keramik putih itu, tanpa alat tulis, hanya dengan jarinya. Dan bisa ku tangkap yang dimaksudnya. Dia menggambarkan sebuah jalan dengan menggambarkan 2 garis lurus, 1 garis lurus lagi ia gambar sejajar dan persis ditengah-tengah 2 garis lurus tadi. Dan ia gambarkan pula garis zig-zag dimana awal dan akhirnya ada pada tengah-tengah 2 garis lurus itu. Ada yang telupa, 1 garis lagi. Ya satu garis lagi memotong 2 garis lurus itu.
       “2 garis lurus itu menggambarkan bahwa itulah perjalanan kita, dunia dan akhirat” terangnya dengan hati-hati. “1garis yang memotong 2 garis itu adalah garis pembatas antara dunia dan akhirat, yang tidak lain adalah garis ajal. 1 garis yang melintas lurus sejajar dengan 2 garis itu adalah angan-angan manusia yang menembus batas ajalnya. Terakhir, garis zig-zag itu adalah perjalanan kita sebagai manusia yang tidak bisa selurus garis itu. Kita terombang-ambing ke kanan ke kiri. Dan itulah perjalanan yang kita jalani” lanjutnya mejelaskan.
       Ia pun langsung membahas tentang ANGAN-ANGAN manusia yang sebagian besar selalu menembus batas ajalnya. Ia menyampaikan bahwa ANGAN-ANGAN seperti itu adalah mubazir, dan Rasul pun tidak memperbolehkannya. Ku kerutkan dahi ini pertanda, aku sedang berpikir saat itu. Aku pun tak tahu apa yang sedang ku pikirkan saat itu. Ku hanya tahu bahwa aku bersepakat.
       “ Setuju tu akh, manusia bisanya dan biasanya cuma berANGAN-ANGAN, bagaimana ia di dunia dan bagaimana ia di akhirat??” seketika ku lontarkan kalimat itu. Tidak lama, lisan ini pun berucap kembali “ Akh, tadikan masalahnya berANGAN-ANGAN, sekarang kalo berCITA-CITA. Kita bercita-cita untuk dunia dan akhirat. Gimana boleh ga?Atau mubazir juga?”
       Dayat mengambil nafas panjang. Entah apa artinya itu. Yang jelas, ia lebih tahu arti helaan nafas panjang itu.
       “Akh CITA-CITA ya??”, tanya-nya.
       “Ya”, jawabku spontan.
       “Kita tahu CITA-CITA dan ANGAN-ANGAN adalah kata-kata yang hampir mirip maksudnya dan  sangat tipis batasannya” lanjutnya yang sebenarnya belum menjawab pertanyaanku.
       “ Ya,,,yang saya tahu CITA-CITA itu kata berkonotasi positif sedangkan ANGAN-ANGAN berkonotasi negatif. Pasti memiliki arti yang berbeda. Sejauh yang aku tahu, CITA-CITA itu suatu yang kita perjuangkan, maka ikhtiar itu tampak dari kita yang memiliki keinginan itu, yaitu CITA-CITA. Sedangkan ANGAN-ANGAN, aku sering mendengarnya berdampingan dengan kata-kata ‘malas’, ‘tidak ada usaha’, ‘tidur’ dan lainnya. Itulah setahuku” jelasku apa yang ada dalam pikiranku.
       Kami berdua terdiam sejenak, untuk berpikir, merasa, meraba setiap ilmu yang ada. Menyelami masing-masing diri akan kepahaman tentang hidup dan kehidupan.
       “Akh,, ada hadist Imam Ali yang intinya beliau menyampaikan bahwa beliau tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya pada sore harinya, sedangkan ia sedang berada pada siang hari. Apa artinya itu? Artinya adalah tidaklah perlu kita khawatir akan apa yang terjadi nanti, karena Imam Ali saja menyerahkan apa yang terjadi pada sore harinya, bergantung kepada kehendak Allah. Tak usah kita berpikir terlalu jauh. Tidaklah perlu kita berpikir untuk 5 tahun ke depan, 10 tahun ke depan atau malah setelah ajal kita. Itu mubazir.” jelasnya Dayat dengan kesantunan tutur katanya.
Jujur aku heran, kenapa ia bisa menyampaikan seperti itu. Berbeda 180o dengan apa yang aku pahami. Apa ini?? Apa yang harus ku katakan. Sedangkan pikiranku sedang berjuang mencari sangkalan atas ketidaksetujuanku. Belum aku mengatakan satu kata pun, ia sudah memulai untuk berbicara lagi.
       “Akh,,,antum  ingat Al Hasyr ayat 18? Dimana Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan apa yang telah kita lakukan dan persiapkan untuk hari esok yaitu akhirat”, tanya-nya padaku.
       “ Iya akh, aku ingat”, jawabku singkat.
       “ Dalam ayat itu, Allah memerintahkan kita untuk melakukan seproporsional mungkin apa-apa yang kita inginkan untuk masa depan.”, jelasnya yang membuatku semakin bingung.
       Dahi ini menjadi makin mengerut, signal bahwa prosesor badan ini sedang bekerja mencari data-data ilmu yang berserakan. Entah itu ada di folder setiap ilmu yang berasal dari kajian-kajian atau file yang berserakan karena ilmu yang aku dapat itu berasal dari bacaan tidak utuh terhadap buku-buku. Semakin lama, semakin aku tahu apa maksud dari apa yang telah Dayat katakan sedari tadi. Intinya adalah tidak usah khawatir akan masa depan kita karena Allah telah mengaturnya. Susunlah setiap cita-cita yang tidaklah terlalu jauh waktunya dengan kondisi kita sekarang ini.        Penekanannya adalah waktu yang tidak terlalu jauh dengan kondisi sekarang. Inilah yang membuatku bingung, kenapa ia merepresentasikan proporsianal (adil kalau menurutku) dengan seperti itu.
       “Akh bagaimana kita menentukan, harus sejauh mana kita bercita-cita? 2 tahun? 5 tahun? 10 tahun? Atau bagaimana?” tanyaku yang sedari tadi bingung.
       “ Kita tidak menentukan waktunya sejauh apa, itulah yang harus dipikirkan secara proporsional. Imam Ali kan sudah menyampaikan bahwa beliau tidak tahu apa yang terjadi padanya pada sore hari” jelasnya, yang membuat aku menjadi bisa melihat benang merah diskusi ini.
       Ada perbedaan pandangan disini, dalam diskusi ini. Ya,,,antara aku dan Dayat. Namanya pun diskusi, jika sama yang kurang seru dan kurang mengena. Mengena,,itulah kenapa saya menulis ini.
       “ Akh,,sekarang aku tahu duduk persoalannya. Kita jelas berbeda memandang persoalan ini. Begini, saya pandang ayat 18 dalam surat AL Hasyr itu adalah perintah Allah kepada kita untuk melakukan yang terbaik untuk guna mempersiapkan hari esok, masa depan dunia dan akhirat. Allah tidak membatasi cita-cita kita dengan batasan waktu. Karena Allah pun menyuruh kita untuk mempersiapkan ‘hari esok’ dalam ayat ini, yaitu lebih condong kepada akhirat. Maka menurutku, tidak jadi soal ketika kita memiliki CITA-CITA sampai menembus batas ajal” ucap lisanku yang mendadak bersemangat dan terpacu untuk berkata-kata.
       “Berkaitan dengan hadist dari Imam Ali tadi. Aku ingin bertanya dulu. Apakah antum tahu, sahabat Rasul ini tidak memiliki perencanaan dalam hidupnya ? Seorang khalifah ke-4. Tidakkah memiliki CITA-CITA dan perencanaan?” tanyaku yang sebenarnya tidak perlu dijawab.
       “Aku yakin bahwa Imam Ali tidak lupa untuk merencanakan setiap apa yang harus beliau lakukan, persiapkan bagi nya dan bagi umatnya. Aku berpandangan jika hadist itulah bentuk ‘kepasrahan utuh’ seorang Imam Ali kepada Rabb-Nya, Allah Azza Wajalla. Kepasrahan ketika sudah tertunaikan segala ikhtiar, termasuk perencanaan, maka apapun kehendak Allah nanti, maka Allah sendiri yang lebih tahu atas kehendak-Nya” lanjutku dengan kehati-hatian setiap kata yang terucap.
       Dayat tampak berpikir. Mencerna kata-kata ku tadi.
      “ Jadi akh…” lanjut ku bermaksud menyimpulkan pandanganku. “ Melalui Al Hasyr 18 Allah memerintahkan kita berupaya dengan yang terbaik, termasuk perencanaan dan penentuan CITA-CITA yang tidak dibatasi dimensi waktu. Dan pun…Hadist dari Imam Ali, mengingatkan kita untuk menetapkan hati agar tetap dalam koridor yang benar, bahwa setiap yang terjadi dan apapun yang terjadi nanti adalah kehendak Allah. Itulah bentuk ke-tawakal-an. Dan itulah sebuah upaya yang proporsional, keseimbangan antara ikhtiar dan kepasrahan .”
Dayat menjadi lebih mengerti apa yang aku katakan dan yang aku maksud.
       “Ya…sekarang ane tahu  dan mengerti. Ternyata ada pemahaman aneyang kurang lengkap dan antum sudah melengkapi itu. Jazakalloh” Ucapnya dengan senyuman hangatnya.
       “Bentar akh…sepertinya ada yang belum selesai dari diskusi ini. So bagaimana dengan CITA-CITA dengan ANGAN-ANGAN???” tanyaku yang hamper kami semua lupa dengan pembicaraan awal.
       “CITA-CITA lah yang harus kita perjuangkan, sedangkan ANGAN-ANGAN, semoga kita terjauh dari tindakan yang sia-sia itu. Amin.” Ucap Dayat mengakhiri diskusi di ruang 3x3 meter itu.

Perpustakaan Masjid Al Mujahidin
24  Desember 2010 22.00
Continue reading Ini tentang sebuah CITA- CITA dan sebuah ANGAN-ANGAN belaka

27 Desember 2010

shahadat untuk adik-adik di pengungsian merapi

kmarin, ku sungguh kaget, mengapa tidak??
ketika ku ajak mereka tuk lomba adzan, banyak yang ngawur,
SHAHADATNYA KEBALIK DIK....
itulah kata" yang tanpa sengaja terlontar dari mulutku yang gak jelas ini... melihat hal ini q miris,,,, bayangkan saja , anak" usia 10 tahunan, kelas 3 sd kelas 5nan sd ketika ku tanya masalah shahadat, mereka geleng-geleng kepala, ketika ku suruh ucapkan shahadat... ternyata benar, mereka kurang hafal...
"hafal saja enggak, apalagi paham" gumam ku dalam hati,,,,

mungkin ini pr buat kakak" relawan... ayo kita ajari mereka apa itu islam secara baik-baik....
ayo kawan... merea adaah aset kita, para penerus perjuangan kita.. dan ditangan merekalah, usaha kita ini,, cita-cita ini kan diteruskan,,, menuju islam yang lebih baik
Continue reading shahadat untuk adik-adik di pengungsian merapi

02 Desember 2010